Kisah ttg Dia

Meky A. Henuk

                                                                                                       Bajawa, Jully 28th 2010 04.20PM

“Hey, bisakah kau menoleh padaku?”
“Hey, bisakah kau menungguku atau melihatku?”
“Hey, aku di sini... Bisakah kau rasakan kehadiranku?”
“Hey, jangan pergi lagi...”
“Hey, jika memang kau ingin pergi, bisakah katakan selamat tinggal padaku?”
“Hey, aku lelah menunggumu...”
“Hey, apakah kau akan kembali ke kisah ini?”
“Hey, apa yang harus aku lakukan?”
“Hey...”
“Hey...”
“Hey, aku menyukaimu!!!”


Sebenarnya jauh sebelum ini, aku telah berusaha lebih keras untuk meniadakanmu, namun ketika aku melewati jalanan sepi di sini, yang penuh dengan cerita tentangmu, tiba-tiba aku sangat ingin menulis lagi.
Aku pernah melihat senyummu dengan jarak yang begitu dekat,
Atau pernah begitu suka meneriaki namamu saat kau lewat di hadapanku,
Dan, aku juga tak dapat pahami mengapa aku begitu berani mengirimi sebuah puisi konyol di dalam sebuah amplop putih padamu,
Itu terjadi dulu sekali, aku masih 14 tahun,
Melihatmu berlari setiap pagi di jam setengah delapan kurang di jalanan ini,
Aku masih ingat dengan jelas waktu itu, aku selalu berlari di belakangmu, sambil tersenyum bahagia berusaha samai langkahmu...
Waktu itu kita masih memakai pakaian putih-biru, namun kau benar-benar sangat manis...
Lalu, waktu terus saja berlalu,
Aku tak tahu seperti apa kisahmu ketika kau mulai mengenakan pakaian putih-abu,
Aku tak pernah bisa samai langkahmu,
Kau dan kisahmu terus bergulir, dan aku mulai sadar ternyata aku tak dapat masuk dalam kisah yang kau tulis...
Mungkin kisah yang kau rangkai terlalu rumit,
Atau terlalu sempurna sehingga aku tak dapat menjadi bagian dari semua hal tentang dirimu.
Aku tahu dengan jelas semua hal yang terjadi,
Tak perlu diberitahu oleh semua teman-temanmu,
Bahwa aku tak akan pernah dapat meraihmu.
Namun, aku bahagia melihat dirimu yang memakai pakaian putih-abu itu...
Kau mungkin tak tahu, betapa susahnya aku mengarang alasan agar aku dapat pindah ke sekolah yang sama denganmu,
Melihatmu menjadi siswa kelas 12 IPA 1 yang selalu dipuji semua guru IPAku...

Aku tak tahu apakah aku terlihat di matamu,
Atau apakah kau menyadari kehadiranku dengan semua hal bodoh yang selama ini aku lakukan agar kau melihatku,
Namun, yang pasti aku masih ingat dengam jelas di dalam otakku yang minim ini,
Waktu itu, kau masih kelas 12 IPA 1, dan karena ada perbaikan ruang kelas, untuk beberapa waktu kau dan teman-teman IPA 1-mu yang sangat menyebalkan itu memakai lab.kimia sebagai ruang kelas.
Hampir setiap istirahat, kau selalu berdiri di depan lab kimia sambil bersandar pada sebuah tiang segiempat yang besar itu,mengobrol dengan semua temanmu tanpa pernah menyadari bahwa selama beberapa waktu itu, tiap istirahat aku memandangmu dari jarak pandang yang tak begitu jauh. Apakah kau menyadari, sebenarnya lab.kimia dan kelasku itu berhadapan?? Dan aku memandangmu di setiap waktu di saat kau terlihat ???
Mungkin tidak, aku tahu kau tak pernah menyadarinya... Aku tak akan berharap kau tahu bahwa meski telah berkali-kali dan tak terhitung banyaknya aku memandangmu, dan meski dari jarak yang jauh dan bahkan kau tak  dapat melihatku, aku selalu deg-degan saat memandangmu.
Pernah merasakan menyukai seseorang, perasaan yang sangat kuat dan tak mudah dihilangkan,
Mungkin aku sakit jiwa karena begitu parah menyukaimu...
Aku punya rahasia yang sebenarnya ingin aku katakan kepadamu,
Kau masih ingat “rubrik salam” di mading waktu kau duduk di kelas 12 IPA? Mungkin mading edisi Februari 2008. Ada namamu, tertera dengan sangat jelas, dan semua teman-temanmu  men-judge bahwa aku adalah tersangka utama pelaku penulisan salam itu.
Aku ingin katakan, itu bukan aku...
Karena aku tak pernah ingin membuatmu tak nyaman dengan perasaanku yang aneh ini...
Aku bukan pelakunya, jadi bisakah kau sedikit menurunkan derajat ke-‘benci’-anmu padaku???
 Aku hanya menulis sebuah kalimat kecil “salam buat seseorang di 12IPA 1”...
Jika teman-teman sekelasmu masih penasaran dengan salam misterius itu, bilang pada mereka semua kalau salam itu dari aku untuk kamu...
Aku bahagia mengingat semua itu dengan jelas,
Meski kau tak pernah bisa menjadi yang aku inginkan, namun ternyata di jalanan sepi yang berisi kenangan ini, aku merasa melihatmu dalam dimensi dan masa yang berbeda...
Aku merasakan kehadiranmu dengan sangat kuat di sini, di hati ini...
Aku merasa kedinginan, kota ini masih sama dinginnya seperti saat aku tinggalkan,
Aku bertemu dengan banyak orang saat tak dapat melihatmu lagi setelah waktu itu,
Namun, aku selalu merasakan kehadiranmu,
Setiap aku kesepian, aku selalu membuka setumpuk buku yang penuh dengan kisah tentangmu dan merasakan kau ada di hadapanku,
Aku semakin pintar menulis dan menggubah
Dan semuanya itu adalah tentang kamu...
Aku lupa, aku ingin memberitahumu satu hal,
Kau ingat saat kita SMA, kita mendapat tugas keterampilan untuk menanam bunga??
Mungkin, kau juga masih ingat, bunga yang kau tanam??
Saat kau lulus sekolah, aku dan teman-temanku pindah ke kelas yang dulu kau tempati. Kelasku tepat di samping kelasmu,karena aku IPA 2.
Aku menemukan bunga yang kau tanam tepat di depan kelas IPA 1, dan ada namamu tertera dengan sangat jelas di pot bunganya.
Kau ingat juga, ada seorang anak bernama Inna? Dia anak IPA 1, teman seangkatanku. Dia yang sebenarnya menulis salam di mading untukmu itu. Dia juga menyukaimu, dan aku berebut pot bungamu dengan dia.
Aku menang...
Karena aku yang lebih dulu menyukaimu, jauh sebelum dia bertemu denganmu. Menyukaimu sejak kau dan aku masih memakai seragam putih-biru. Menyukaimu dengan sangat dan tidak pernah berubah.
Setiap kali ketika akan ulangan dadakan, aku selalu memetik satu daun bunga itu dan menyelipkannya di saku bajuku sambil berharap kalau saja otakku berubah menjadi sepintar kau.
Dan memang itu tak terjadi, namun setidaknya aku merasa lebih nyaman seperti itu.

Aku tak tahu mengapa,
Namun aku masih menyukaimu sebanyak saat pertama kali aku melihatmu di jalan sepi ini saat kau masih seorang anak SMP... Masih menyukaimu sebanyak itu...
Aku kini sudah sembilanbelas tahun, namun hanya bertemu denganmu saja jantungku langsung berdetak tak karuan.
Begitu parah aku menyukaimu, hingga aku jadi seperti ini...
Aku sangat ingin melupakanmu, karena memikirkan bahwa aku menyukaimu membuat aku hanya bisa melihatmu di mataku...
Namun, melihat jalan ini, kota ini, dan semuanya selalu mengingatkanku akan dirimu...
Mungkin kau sudah berubah,
Dan tak seperti saat aku bertemu denganmu lima tahun lalu,
Di saat semuanya telah berubah dan tak seperti saat aku melihatmu memakai seragam putih biru waktu itu
Aku mungkin tak akan pernah dan tak dapat  katakan padamu ‘aku menyukaimu’
Atau berharap bahwa kau akan menyukaiku, meski tak sebanyak aku menyukaimu,
Namun, aku sangat ingin tahu apakah puisi berjudul “perbedaan” yang aku berikan kepadamu lima tahun lalu di samping kelas 2C itu masih ada padamu? Atau mungkin sudah kau buang? Hanya itu saja...
Kita telah sama-sama dewasa. Aku selalu tak pernah dapat samai langkahmu, aku menyerah... aku kalah...
Aku sedang dalam proses untuk melupakanmu,
Entahlah... mungkin satu tahun, dua tahun, lima,sepuluh bahkan lima puluh tahun lagi baru akan dapat melupakanmu,
Aku tak tahu dan tak dapat memastikannya...
Bertemu denganmu hanya sebentar, namun ceritamu begitu panjang, selama ini bahkan ku tak dapat menyelesaikan semua  cerita tentangmu...
Kau penuh rahasia, aku sangat ingin mengetahui hatimu,  seberapa parahkah kau membenciku karena aku selalu mengganggumu selama ini...
Aku tebak, pasti kau sangat membenciku!
Wow, itu sangat melukaiku, kau tahu??? Hahaha, namun tak mengapa, aku sudah berulang kali terluka karenamu, jadi sakitnya tak begitu terasa lagi...
Aku pernah menangis terisak ketika mendengar kau punya pacar.
Aku pernah sok feminim di hadapanmu.
Aku bahkan berhasil menjadi wakil olimpiade biologi tingkat propinsi setelahmu dari sekolah kita.
Aku berusaha samai dirimu, namun tak dapat.
Tak mengapa...
Sudah waktunya melupakanmu...
Melepasmu...
Dan menghapusmu...
Karena hal yang paling menyakitkan selama aku menyukaimu adalah ‘ketika aku sangat menyukaimu, namun  kau tak pernah melihatku...”!!!
Bye-bye K’ Meki....

Mungkin selamanya kita tak akan pernah bertemu lagi...
Hanya tertinggal kenangan, maaf untuk semuanya...
Aku masih menyukaimu sebanyak saat pertama kali kita bertemu...
Maaf untuk itu...
Terima kasih...


                                                                                                                                                                Nytha